Optimalisasi Pepaya Lokal: Dari Enzim Papain hingga Teh Daun Pepaya


oleh Ajeng Angelia Salsabila
Mahasiswi Jurusan Agribisnis, Fakuktas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Jakarta

Indonesia memiliki potensi hayati besar, salah satunya dari pepaya (Carica papaya) yang tumbuh subur di hampir seluruh wilayah. Sayangnya, meskipun mudah ditemukan dan sangat potensial dari sisi gizi dan nilai tambah, pepaya lokal masih dipandang sebelah mata dan belum dioptimalkan secara maksimal baik dari sisi agribisnis maupun diversifikasi turunannya. Menurut data FAO tahun 2022, produksi pepaya Indonesia mencapai 1,09 juta ton, menjadikan Indonesia produsen pepaya ke-5 terbesar di dunia setelah India, Brasil, Meksiko, dan Republik Dominika. 

Enzim papain dan daun pepaya yang sering terbuang menyimpan nilai ekonomis tinggi, dari industri hingga kesehatan. Kini saatnya memandang pepaya lokal bukan sekadar buah konsumsi, tetapi sebagai komoditas strategis pendorong ekonomi agroindustri. Indonesia harus bertransformasi dari konsumen menjadi produsen utama olahan pepaya lokal. Optimalisasi pepaya mencakup pemanfaatan seluruh bagian tanaman untuk meningkatkan nilai ekonomi, kesehatan, dan pemberdayaan masyarakat.

Pepaya kaya akan vitamin C, serat, dan enzim pencernaan alami. Namun, bagian lain seperti getah buah mentah yang mengandung papain enzim proteolitik pemecah protein menyimpan potensi besar yang belum dimanfaatkan optimal. Pasar global papain diperkirakan tumbuh dari USD 198,5 juta (2024) menjadi USD 276,9 juta (2033), dengan India sebagai produsen utama. Papain dibutuhkan di berbagai industri, mulai dari makanan, farmasi, kosmetik, hingga tekstil, dan bernilai 10–15 kali lebih tinggi dibanding buah segarnya. Meski memiliki iklim dan lahan mendukung, Indonesia masih tertinggal dan bergantung pada impor papain, kalah bersaing dengan India dan Brasil sebagai eksportir utama.

Di sinilah urgensinya membangun industri papain lokal yang terintegrasi dari hulu ke hilir. Salah satu solusinya adalah mengembangkan alat ekstraksi papain portabel berbasis tenaga surya yang dapat dimanfaatkan petani langsung di lapangan. Program pelatihan teknik penyadapan higienis bisa dilakukan dinas pertanian bersama politeknik pertanian. Petani dapat diberdayakan memanen getah dengan teknik tepat, didukung teknologi ekstraksi yang efisien dan higienis. Dengan pendekatan ini, pepaya tidak lagi hanya sekadar buah konsumsi, melainkan komoditas industri bernilai tinggi.

Selain getah, potensi besar juga terdapat pada bagian yang kerap dianggap limbah, yaitu daun pepaya. Daun pepaya mengandung vitamin C sebesar 85,6 mg/100g, jauh lebih tinggi dibandingkan buahnya yang hanya 45,8 mg/100 g. Selain itu, kandungan flavonoidnya mencapai 21 mg QE/g, dan total senyawa fenolik mencapai 425 mg GAE/100 g, yang memberikan efek antioksidan tinggi. Salah satu pemanfaatan populer adalah teh daun pepaya. Contohnya, di Kabupaten Sleman, DIY, sebuah UMKM bernama Herbal Jati telah memproduksi teh daun pepaya kemasan yang dijual secara online dan meraih omzet hingga Rp10 juta per bulan. Produk ini digemari karena dianggap membantu daya tahan tubuh dan menurunkan tekanan darah. Daun pepaya dapat dikeringkan dan diseduh sebagai teh herbal. Meski rasanya pahit, studi menunjukkan manfaatnya dalam meningkatkan imunitas, melancarkan pencernaan, menurunkan tekanan darah, dan menaikkan trombosit pada penderita demam berdarah.

Teh daun pepaya berpotensi menjadi produk herbal kemasan bernilai jual tinggi yang siap bersaing di pasar lokal dan global. Untuk meningkatkan daya tarik pasar, teh daun pepaya bisa dikombinasikan dengan bahan alami lain seperti serai, jahe, atau bunga telang agar mengurangi rasa pahit dan menambah khasiat. Kemasan ramah lingkungan seperti sachet biodegradable juga meningkatkan daya jual, terutama untuk pasar ekspor yang peduli lingkungan. Dalam tren gaya hidup sehat, teh herbal lokal ini bisa bersaing dengan teh hijau dan rosella impor. Branding, inovasi kemasan, dan edukasi konsumen adalah tiga hal utama yang harus dikuatkan untuk membangun persepsi baru bahwa daun pepaya adalah minuman kesehatan masa depan, bukan sekadar obat tradisional.

Meskipun potensinya besar, optimalisasi pepaya lokal bukan tanpa tantangan. Pertama, petani dan masyarakat belum menyadari nilai tambah bagian lain dari pepaya. Padahal, jika petani menjual getah pepaya mentah saja ke pengepul industri, mereka bisa memperoleh tambahan penghasilan hingga Rp 5.000–10.000 per pohon per panen, tanpa harus menunggu buahnya matang. Ini menunjukkan bahwa edukasi dan pelatihan sederhana bisa langsung berdampak pada ekonomi lokal.

Banyak petani hanya memanen buah tanpa mengolah bagian lain. Selain itu, masih terdapat keterbatasan dalam hal teknologi pascapanen, khususnya untuk proses ekstraksi papain dan pengolahan daun pepaya menjadi produk herbal yang higienis dan tahan lama. Kedua, dukungan riset dan inovasi juga masih terbatas. Solusi lainnya adalah mendorong inkubator bisnis kampus untuk mendanai startup mahasiswa yang fokus pada olahan pepaya. Startup agritech dapat membuat aplikasi untuk menjual produk pepaya langsung dari petani ke konsumen, memotong rantai distribusi. Untuk menjadikan pepaya sebagai komoditas strategis, diperlukan riset intensif terkait optimalisasi budidaya untuk produksi papain tinggi, efisiensi metode ekstraksi enzim, formulasi teh daun yang lebih palatable, serta pemanfaatan biji dan kulit buah sebagai pakan atau pupuk organik.

Namun, di balik tantangan itu, terbentang peluang besar. Tren gaya hidup sehat dan meningkatnya minat masyarakat terhadap produk alami membuka pasar baru bagi olahan pepaya lokal. Produk seperti suplemen papain, teh daun pepaya, dan kosmetik berbasis pepaya berpotensi dikembangkan sebagai industri bernilai tinggi.

Optimalisasi pepaya lokal membutuhkan kolaborasi lintas sektor. Pemerintah melalui Kementerian Pertanian dan Koperasi/UMKM dapat memberikan pelatihan, alat pascapanen, dan akses pasar. Dunia akademik berperan dalam riset, pengembangan teknologi, dan hilirisasi inovasi. Misalnya, mahasiswa Universitas Brawijaya menciptakan mesin pengering daun pepaya bertenaga surya yang mempertahankan kadar antioksidan lebih baik dari penjemuran manual. Inovasi semacam ini perlu diperluas ke desa-desa sentra pepaya. Generasi muda, terutama mahasiswa pertanian dan agribisnis, juga dapat mendorong wirausaha agroindustri dan memasarkan produk olahan pepaya secara digital dan global.

Aspek pemasaran dan distribusi perlu diperkuat demi keberlanjutan industri olahan pepaya. Banyak produk herbal lokal kalah bersaing bukan karena kualitas, melainkan strategi pemasaran yang lemah. Digital marketing, e-commerce, dan kerja sama dengan retail modern harus diperluas. Produk turunan seperti papain dan teh daun pepaya juga perlu sertifikasi BPOM dan label halal agar dapat menembus pasar nasional maupun ekspor. Pemerintah daerah juga bisa membentuk “Kawasan Industri Pepaya” terpadu di sentra produksi seperti Subang, Nganjuk, atau Lombok Timur, lengkap dengan fasilitas produksi mini, pengemasan, pelatihan, dan akses logistik. Regulasi yang memudahkan UMKM untuk mendaftarkan BPOM dan halal pun sangat krusial agar produk cepat masuk pasar modern. Dengan strategi yang tepat dan sinergi lintas sektor, pepaya lokal bisa menembus pasar nasional dan global sebagai produk unggulan agroindustri. Potensi pasar global untuk produk turunannya pun sangat besar. Misalnya, teh herbal alami, seperti teh daun pepaya, dapat masuk ke pasar ekspor bersaing dengan teh hijau dan rosella, terlebih karena tren gaya hidup sehat yang terus meningkat secara global.

Pepaya dikenal sebagai buah rakyat yang melimpah dan mudah tumbuh, namun di balik kesederhanaannya tersembunyi potensi besar dari enzim papain hingga teh daun yang dapat menjadikannya komoditas strategis untuk ekonomi lokal, ketahanan pangan, dan lapangan kerja agroindustri. Optimalisasi pepaya bukan sekadar tugas pemerintah atau petani, melainkan tanggung jawab bersama. Dari pekarangan hingga pabrik, dari riset hingga ritel, pepaya bisa menjadi simbol kemandirian dan inovasi Indonesia dalam mengelola sumber dayanya sendiri.

By Redaksi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Menarik Lainnya